Cerpen Putrisa
Aku melirik jam dinding kamarku yang seolah menyapaku di larut malam itu, jam menunjukkan pukul 02.00 WIB, tapi mataku masih saja tak dapat terpejam mungkin karena aku kebanyakan memikirkan dia, dia adalah Niko seseorang yang telah merebut hatiku semenjak sehari yang lalu. Awal pertemuanku dengan dia karena sebuah kebetulan. saat itu aku sedang menengok sahabatku, Nira. kami telah menjalin persahabatan telah lama namun dia memang tak pernah menceritakan tentang Niko, yang dia katakan tentang Niko, kalau Niko adalah kakaknya yang baru saja menyelesaikan Kuliahnya di luar kota.
Saat malam telah berlalu, pagi pun kembali terukir merasuki tiap insan yang kembali sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Aku terbangun, dengan mata yang terasa kusut. Segera aku menyiapkan diri untuk berangkat ke tempat kerja walau sebenarnya aku malu dengan tampilan bentuk mataku, mengingatkanku pada mata panda.
Sesampainya ditempat kerja semua teman-temanku menertawakanku. "Risaaa........ mata loe knp?? habis ketimpuk nyamuk yacc..!! ungkap Icha menggodaku disusul oleh tawaannya yang seolah olah memecahkan kesunyian di pagi itu. Tapi bukan hanya Icha yang menertawanku. Nira, Susan, Abi, Ririn, dan Reza pun semuanya sama tertawa terbahak-bahak tapi aku tetap berusaha tenang, biarlah mereka tertawa tapi tetap saja aku tak menghiraukan godaan maupun cercaan satu persatu dari mereka yang telah kudapatkan karena dipikiranku hanyalan Niko dan Niko, tak ada yang lain. Sepertinya kumemang telah jatuh cinta kepada Niko.
Aku bekerja ditoko kue, dan ketika aku sedang sibuk menata berbagai kue-kue coklat diatas meja. Terlihat Nira mendekatiku, "Ntar ka Niko mau ngajak kamu jalan, mau gak??" bisiknya lembut.
"Masa siih, becanda loe, yang benar aja??" ucapku lirih, sepertinya Nira tau bahwa aku jatuh cinta kepada Kakaknya itu. Kuperhatikan wajah Nira dengan saksama, memang tak berjauh beda dengan Niko,mereka memiliki bulu mata yang lentik dan wajah yang menawan.
"Benerr bgt, Sumpah deh, Gimana?'' bisik Nira lagi, kali ini wajahnya sangat meyakinkanku. Dan aku pun menjawabnya dengan mengangguk sambil menyinggungkan senyum termanisku.
Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu pun datang, Kulihat Niko telah menungguku diluar dengan sabar, walau nampak sediki-sedikit dia menoleh ketempat kerjaku. Aku memandangi cermin berulang-ulang untuk meyakinkan diriku bahwa hasil polesan bedak dan lipstikku sudah menarik. setelah kurasa cukup, aku pun berjalan kearahnya. Jantungku berdetak tak karuan, wajahku seolah merah semerah strowberi. Langkahku terasa kakuh apalagi saat melihat senyum menawan itu dan melihat lambaian tangannya yang seolah menghipnotisku.
Kamipun akhirnya bergegas pergi, aku tak tahu kemana dia akan membawaku. tapi, ternyata di membawaku kesebuah pantai. Kami menikmati suasana sore di pantai itu dengan senang. Langit berwarna biru, burung-burung tebang menari seolah mereka ikut dalam suasana keceriaan hatiku di sore itu. Angin terasa menyapa rambutku yang terurai panjang. tak henti kupandangi wajah Niko bagaikan lukisan indah yang menyejukkan. Diapun tak henti-hentinya memercikkan air laut itu kepadaku.
Waktu terasa cepat berlalu, tapi kurasakan hari-hari yang kulalui tak cepat berlalu karena semenjak dipantai itu hingga hari ini pun, Niko selalu menghiasi hari-hariku membuatku terasa lebih berarti menjalani kehidupan ini dan ditiap malam kucoba untuk mengenang kebersamanku bersamanya semua nampak begitu indah. Tapi aku juga merasakan kesedihan, mengapa hingga saat ini dia tak pernah mengatakan cinta terhadapku. Padahal tiap kali bersamanya, aku selalu merasakan getar-getar cinta yang tumbuh diantara kita. Kucoba menepis pikiran itu. "Mungkin dia lagi menunggu waktu yang tepat untuk menyatakannya,, dan aku akan tetap menunggumu, Niko" aku bergumam sendiri.
Satu bulan telah berlalu, hari ini pun seperti biasa aku bekerja tapi Nira sudah 4 hari tidak masuk bekerja. Aku mencoba menghubunginya lewat handphone namun hasilnya nihil, hp-nya gak aktif. Diapun tak ada memberikan kabar ketempat kerja kami.Sama seperti halnya dengan Nira, begitupun dengan Niko. Hp Niko juga gak aktif tapi karena dia memang punya alasan yang tepat, dia mengatakan kalau 4 hari itu dia sedang berada di luar kota sedangkan hpnya akan di service.
Akhirnya malam ini, aku putuskan untuk kerumah Nira. Sebelum memasuki halaman rumahnya, nampak banyak parkiran Motor dan mobil disana-sini. Aku bertanya tanya dalam hati acara apa ini. Lalu mataku tersentak kaget ketika melihat sebuah janur kuning. Tiba-tiba pembantu Nira, Sumi memanggilku membuatku kaget "Loh Mbak Risa kok masi diluar, cepetan masuk acaranya mau dimulai thu?"
"Acaranya apa mbok,?" tanyaku lirih.
"resepsi pernikahannya Non Nira dan Mas Niko, mbak??''
Hatiku begitu sakit luar biasa kurasakan kepalaku ingin meledak. Darahku terasa mendidih. "Mereka kan adik kakak, mbok?" suaraku terbata-bata.
"Mereka memang adik kakak tapi bukan sekandung,sejak kecil mereka sudah di jodohkan," kata Mbok Sumi sembari meninggalkanku.
Saat malam telah berlalu, pagi pun kembali terukir merasuki tiap insan yang kembali sibuk dengan berbagai aktivitasnya. Aku terbangun, dengan mata yang terasa kusut. Segera aku menyiapkan diri untuk berangkat ke tempat kerja walau sebenarnya aku malu dengan tampilan bentuk mataku, mengingatkanku pada mata panda.
Sesampainya ditempat kerja semua teman-temanku menertawakanku. "Risaaa........ mata loe knp?? habis ketimpuk nyamuk yacc..!! ungkap Icha menggodaku disusul oleh tawaannya yang seolah olah memecahkan kesunyian di pagi itu. Tapi bukan hanya Icha yang menertawanku. Nira, Susan, Abi, Ririn, dan Reza pun semuanya sama tertawa terbahak-bahak tapi aku tetap berusaha tenang, biarlah mereka tertawa tapi tetap saja aku tak menghiraukan godaan maupun cercaan satu persatu dari mereka yang telah kudapatkan karena dipikiranku hanyalan Niko dan Niko, tak ada yang lain. Sepertinya kumemang telah jatuh cinta kepada Niko.
Aku bekerja ditoko kue, dan ketika aku sedang sibuk menata berbagai kue-kue coklat diatas meja. Terlihat Nira mendekatiku, "Ntar ka Niko mau ngajak kamu jalan, mau gak??" bisiknya lembut.
"Masa siih, becanda loe, yang benar aja??" ucapku lirih, sepertinya Nira tau bahwa aku jatuh cinta kepada Kakaknya itu. Kuperhatikan wajah Nira dengan saksama, memang tak berjauh beda dengan Niko,mereka memiliki bulu mata yang lentik dan wajah yang menawan.
"Benerr bgt, Sumpah deh, Gimana?'' bisik Nira lagi, kali ini wajahnya sangat meyakinkanku. Dan aku pun menjawabnya dengan mengangguk sambil menyinggungkan senyum termanisku.
Akhirnya waktu yang kutunggu-tunggu pun datang, Kulihat Niko telah menungguku diluar dengan sabar, walau nampak sediki-sedikit dia menoleh ketempat kerjaku. Aku memandangi cermin berulang-ulang untuk meyakinkan diriku bahwa hasil polesan bedak dan lipstikku sudah menarik. setelah kurasa cukup, aku pun berjalan kearahnya. Jantungku berdetak tak karuan, wajahku seolah merah semerah strowberi. Langkahku terasa kakuh apalagi saat melihat senyum menawan itu dan melihat lambaian tangannya yang seolah menghipnotisku.
Kamipun akhirnya bergegas pergi, aku tak tahu kemana dia akan membawaku. tapi, ternyata di membawaku kesebuah pantai. Kami menikmati suasana sore di pantai itu dengan senang. Langit berwarna biru, burung-burung tebang menari seolah mereka ikut dalam suasana keceriaan hatiku di sore itu. Angin terasa menyapa rambutku yang terurai panjang. tak henti kupandangi wajah Niko bagaikan lukisan indah yang menyejukkan. Diapun tak henti-hentinya memercikkan air laut itu kepadaku.
Waktu terasa cepat berlalu, tapi kurasakan hari-hari yang kulalui tak cepat berlalu karena semenjak dipantai itu hingga hari ini pun, Niko selalu menghiasi hari-hariku membuatku terasa lebih berarti menjalani kehidupan ini dan ditiap malam kucoba untuk mengenang kebersamanku bersamanya semua nampak begitu indah. Tapi aku juga merasakan kesedihan, mengapa hingga saat ini dia tak pernah mengatakan cinta terhadapku. Padahal tiap kali bersamanya, aku selalu merasakan getar-getar cinta yang tumbuh diantara kita. Kucoba menepis pikiran itu. "Mungkin dia lagi menunggu waktu yang tepat untuk menyatakannya,, dan aku akan tetap menunggumu, Niko" aku bergumam sendiri.
Satu bulan telah berlalu, hari ini pun seperti biasa aku bekerja tapi Nira sudah 4 hari tidak masuk bekerja. Aku mencoba menghubunginya lewat handphone namun hasilnya nihil, hp-nya gak aktif. Diapun tak ada memberikan kabar ketempat kerja kami.Sama seperti halnya dengan Nira, begitupun dengan Niko. Hp Niko juga gak aktif tapi karena dia memang punya alasan yang tepat, dia mengatakan kalau 4 hari itu dia sedang berada di luar kota sedangkan hpnya akan di service.
Akhirnya malam ini, aku putuskan untuk kerumah Nira. Sebelum memasuki halaman rumahnya, nampak banyak parkiran Motor dan mobil disana-sini. Aku bertanya tanya dalam hati acara apa ini. Lalu mataku tersentak kaget ketika melihat sebuah janur kuning. Tiba-tiba pembantu Nira, Sumi memanggilku membuatku kaget "Loh Mbak Risa kok masi diluar, cepetan masuk acaranya mau dimulai thu?"
"Acaranya apa mbok,?" tanyaku lirih.
"resepsi pernikahannya Non Nira dan Mas Niko, mbak??''
Hatiku begitu sakit luar biasa kurasakan kepalaku ingin meledak. Darahku terasa mendidih. "Mereka kan adik kakak, mbok?" suaraku terbata-bata.
"Mereka memang adik kakak tapi bukan sekandung,sejak kecil mereka sudah di jodohkan," kata Mbok Sumi sembari meninggalkanku.
Pernyataan itu membuatku menangis histeris, ku tak memperdulikan pandangan-pandangan undangan yang berlalu lalang dihadapanku. Aku berjalan mencoba mendekati pelaminan mereka. Terlihat kebahagiaan nampak di wajah mereka. Tiba-tiba aku pun tak sadarkan diri dengan limpahan air mata, aku ingin tidur selamanya karena aku tak sanggup menahan sakit luar biasa atas sebuah pengkhianatan dari orang yang kusayangi dan kucintai.