Syariat Islam adalah syariat yang universal dan mencakup segala aspek kehidupan. Setiap kebaikan telah dijelaskan dengan gamblang dan detail. Hal ini, tentu demi kemaslahatan hamba itu sendiri, baik maslahat kolektif, personal, atau maslahat yang terkait dengan lingkungan sekitar. Sangat disayangkan, lambat laun syariat Islam semakin ditinggalkan oleh pemeluknya. Umat Islam telah begitu jauh dari tuntunannya yang mulia. Kita lihat contoh sederhana dalam perkara yang mudah seperti makan dan minum, aktivitas yang dilakukan tiap hamba setiap harinya. Sebagai kaum muslimin melalaikan tuntunan Islam dalam hal tersebut. Nah, berikut ini adalah sekelumit pembahasan tentang cara makan yang dituntunkan dalam syariat, semoga berfaedah. Di antaranya:
1. Berdoa kepada Allah SWT sebelum makan dan minum
Yaitu dengan membaca “bismillah“, sebagaimana hal ini telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW ketika memberikan pengajaran adab makan kepada seorang anak. Beliau SAW bersabda yang artinya, “Wahai anak, bacalah bismillah.” [H.R. Al Bukhari dari sahabat Umar bin Abi Salamah r.a]
Yaitu dengan membaca “bismillah“, sebagaimana hal ini telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW ketika memberikan pengajaran adab makan kepada seorang anak. Beliau SAW bersabda yang artinya, “Wahai anak, bacalah bismillah.” [H.R. Al Bukhari dari sahabat Umar bin Abi Salamah r.a]
Seandainya lupa membaca bismillah, maka Rasulullah SAW mengajarkan, “Apabila salah seorang dari kalian hendak makan maka bacalah ‘Bismillah‘, seandainya lupa menyebut nama Allah di permulaannya, maka hendaklah membaca ‘Bismillahi awwalahu wa akhirahu.’ (dengan nama Allah di awalnya dan di akhirnya)” [H.R. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi dari Ummul Mukminin Aisyah r.a, Shahih At Targhibwat Tarhib].
Hal ini dikarenakan syaitan senantiasa berusaha untuk bisa ikut makan bersama manusia. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Sesungguhnya syaithan berupaya untuk bisa makan apabila manusia memulai makan tanpa menyebut nama Allah.” [H.R. Muslim dari sahabat Hadzaifah bin Al Yaman r.a].
2. Jangan makan dengan tangan kiri
Kita diperintahkan untuk makan menggunakan tangan kanan. Salah satu sebabnya adalah karena syaitan makan dan minum dengan tangan kiri. Rasulullah SAW, bersabda yang artinya, “Jangan salah seorang dari kalian makan dengan tangan kiri, dan janganlah pula minum dengannya karena syaithan makan dan minum dengan tangan kiri.” [H.R. Muslim dari Abdullah bin Umar r.a].
Kita diperintahkan untuk makan menggunakan tangan kanan. Salah satu sebabnya adalah karena syaitan makan dan minum dengan tangan kiri. Rasulullah SAW, bersabda yang artinya, “Jangan salah seorang dari kalian makan dengan tangan kiri, dan janganlah pula minum dengannya karena syaithan makan dan minum dengan tangan kiri.” [H.R. Muslim dari Abdullah bin Umar r.a].
Maka syariat memerintahkan kita menyelisihi mereka. Terlebih lagi syaithan senantiasa berusaha agar kita menjadi teman mereka di neraka. Sehingga yang dituntunkan Rasulullah SAW adalah kebalikan dari amalan syaithan itu. Aisyah pernah berkata, “Dahulu tangan kiri Rasulullah SAW (beliau gunakan) untuk urisan WC dan (menghilangkan) kotoran. Adapun tangan kanan (beliau gunakan untuk wudlu dan makan.” [H.R. Abu Dawud dengan sanad sahih, Irwa'ul ghalil].
3. Ambillah makanan yang paling dekat
Kita mengambil makanan yang paling dekat, jika makanan itu adalah makanan : yang sama (sejenis). Adapun apabila makanan yang dihidangkan kepada kita beraneka ragam, maka boleh kita mengambil makanan yang jauh dari kita, jika kita menginginkannya. Pernah Rasulullah SAW mengajarkan kepada Umar bin Abi Salamah r.a ketika beliau masih anak-anak, dalam kesempatan makan berjamaah bersama Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “…dan makanlah makanan yang paling dekat denganmu…” [H.R. Al Bukhari].
Kita mengambil makanan yang paling dekat, jika makanan itu adalah makanan : yang sama (sejenis). Adapun apabila makanan yang dihidangkan kepada kita beraneka ragam, maka boleh kita mengambil makanan yang jauh dari kita, jika kita menginginkannya. Pernah Rasulullah SAW mengajarkan kepada Umar bin Abi Salamah r.a ketika beliau masih anak-anak, dalam kesempatan makan berjamaah bersama Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “…dan makanlah makanan yang paling dekat denganmu…” [H.R. Al Bukhari].
4. Ambillah berkah dengan makan berjamaah
Ya, makan mendatangkan berkah sebagaimana Rasulullah SAW: “Berkah terdapat pada tiga perkara: (makan) berjamaah, Ats-Tsarid (adonan tepung yang di campur dengan daging dan lainnya), dan makanan sahur.” [H.R. Al-Baihaqi dari sahabat Salman Al-Farisi r.a, dengan sanad yang hasan, lihat Ash-Shahihah].
Ya, makan mendatangkan berkah sebagaimana Rasulullah SAW: “Berkah terdapat pada tiga perkara: (makan) berjamaah, Ats-Tsarid (adonan tepung yang di campur dengan daging dan lainnya), dan makanan sahur.” [H.R. Al-Baihaqi dari sahabat Salman Al-Farisi r.a, dengan sanad yang hasan, lihat Ash-Shahihah].
5. Jangan bernafas dalam tempat minum (misal gelas)
Sebab, Rasulullah SAW melarang kita dari hal ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Apabila salah seorang dari kalian minum maka janganlah ia bernafas di dalam tempat minumnya. Apabila ia masih ingin (minum) kembali maka hendaknya ia menjauhkan tempat minumnya (ketika bernafas) kemudian meminumnya kembali.” [H.R. Ibnu Majah dan Al-Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani r.a, dalam As Shahihah].
Sebab, Rasulullah SAW melarang kita dari hal ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Apabila salah seorang dari kalian minum maka janganlah ia bernafas di dalam tempat minumnya. Apabila ia masih ingin (minum) kembali maka hendaknya ia menjauhkan tempat minumnya (ketika bernafas) kemudian meminumnya kembali.” [H.R. Ibnu Majah dan Al-Hakim, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani r.a, dalam As Shahihah].
Rasulullah SAW mencontohkan ketika beliau minum, apabila hendak bernafas beliau menjauhkan tempat minum tersebut untuk bernafas tiga kali, kemudian meminumnya kembali jika beliau masih menginginkannya. Yang semisal dengan hukum ini adalah larangan untuk meniup-niup makanan atau minuman yang masih panas. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Abi Sa’id Al Khudri r.a, dan dihasankan oleh Imam Al Albani r.a dalam As Shahihah.
6. Jangan ada makanan tersisa di tangan dan alat makan
JIka seseorang makan dengan tangannya langsung tanpa memakai sendok disyariatkan untuk menjilati sisa makanan pada tangannya setelah selesai makan. Sebab Rasulullah SAW biasa melakukannya, sehingga semestinya kita untuk mengikutinya. Sebagaimana tersebut dalam hadits Ka’ab bin Malik r.a, “Bahwasannya Nabi SAW makan dengan tiga jari beliau. Setelah selesai makan beliau menjilatinya.” [H.R. Muslim]. Demikian pula di alat makannya, hendaknya ia membersihkan alat makan tersebut.
JIka seseorang makan dengan tangannya langsung tanpa memakai sendok disyariatkan untuk menjilati sisa makanan pada tangannya setelah selesai makan. Sebab Rasulullah SAW biasa melakukannya, sehingga semestinya kita untuk mengikutinya. Sebagaimana tersebut dalam hadits Ka’ab bin Malik r.a, “Bahwasannya Nabi SAW makan dengan tiga jari beliau. Setelah selesai makan beliau menjilatinya.” [H.R. Muslim]. Demikian pula di alat makannya, hendaknya ia membersihkan alat makan tersebut.
7. Habiskan makan, jangan sisakan untuk syaitan
Pada poin pertama kita di perintahkan untuk berdoa ketika hendak makan, salah satu tujuannya adalah supaya syaithan tidak bisa ikut makan bersama kita. Maka, ketika selesai makan kita pun diperintahkan supaya tidak menyisakan makanan untuk mereka. Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Bila suapan kalian jatuh maka hilangkan kotorannya, lalu makanlah, dan jangan ditinggalkan untuk syaithan.” Anas mengatakan. “Beliau SAW menyuruh kami untuk membersihkan piring (yakni tidak menyisakan makanan, red).” [H.R. Muslim].
Pada poin pertama kita di perintahkan untuk berdoa ketika hendak makan, salah satu tujuannya adalah supaya syaithan tidak bisa ikut makan bersama kita. Maka, ketika selesai makan kita pun diperintahkan supaya tidak menyisakan makanan untuk mereka. Anas bin Malik r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Bila suapan kalian jatuh maka hilangkan kotorannya, lalu makanlah, dan jangan ditinggalkan untuk syaithan.” Anas mengatakan. “Beliau SAW menyuruh kami untuk membersihkan piring (yakni tidak menyisakan makanan, red).” [H.R. Muslim].
8. Berdoa setelah selesai makan
Berdoa setelah selesai makan memiliki faidah dan keutamaan yang besar, yaitu diampuninya dosa yang telah lalu. Tentulah kita sangat ingin makan kita lebih dari sekedar menikmati hidangan, namun juga mendapatkan ampunan dosa. Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Barang siapa yang setelah makan membaca: (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan menjadikannya sebagai rezekiku tanpa daya dan kekuatan dariku) maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [H.R. Abu Dawud dari sahabat Muadz bin Anas r.a, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud].
Berdoa setelah selesai makan memiliki faidah dan keutamaan yang besar, yaitu diampuninya dosa yang telah lalu. Tentulah kita sangat ingin makan kita lebih dari sekedar menikmati hidangan, namun juga mendapatkan ampunan dosa. Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa dengan doa yang diajarkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda yang artinya, “Barang siapa yang setelah makan membaca: (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini dan menjadikannya sebagai rezekiku tanpa daya dan kekuatan dariku) maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [H.R. Abu Dawud dari sahabat Muadz bin Anas r.a, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud].
Demikian adab dalam makan dan minun semoga kita bisa mengambil manfaatnya. Wallahu a’lam.